Berkaca Pada Mbak Farid - Sajadahku, Masjidku

14.9.07

Berkaca Pada Mbak Farid

Kami mempunyai seorang pembantu yang sudah tak kami anggap pembantu lagi, sudah seperti saudara sendiri. Namanya Mbak Farid. Dia sudah ikut kami sekitar dua tahund an sebenarnya sekitar 3 bulan yang lalu dia sudah minta ijin pulang terus karena dipanggil pulang oleh Ibunya di Jember , dengan berat hati kami mengijinkan, tapi dengan syarat kami udah dapat gantinya dia sehingga bisa belajar pekerjaan rumah dari nya. Alhamdulillah dia mau.

Dan ketika sebulan yang lalu ketika kami kebingungan mencari mbak baru kami minta tolong untuk balik bantu-bantu kami, dia mau kembali . Karena si mbak yang baru ternyata nggak kerasan sampai kami kebingungan lagi mencari mbak baru. Susah banget cari mbak baru, sampai akhirnya ada seseorang atas rekomendasi pamanku di Trenggalek yang mau. Saya sempat ketemu sama si mbak sebut saja Lina ini, dia mau dan kelihatan sekilas tipe-tipe Mbak yang rajin dan telaten sama anak-anak kecil. Esok harinya Minggu sore ketika saya mau balik ke Surabaya kami harus menjemput Mbak Lina dulu, ternyata bapaknya nangis-nangis bilang anaknya nggak diijinkan untuk berangkat, aduh..gimana nih…padahal saya sudah cuti satu minggu kemaren dan besok harus ngantor lagi. Akhirnya ditengah keputusasaan, kami mencoba menelpon Mbak Farid, Alhamdulillah melalui negosiasi dan ijin ke kakakknya akhirnya dia mau dateng lagi besok, Alhamdulillah..minimal satu masalah terpecahkan sehingga sedikit bisa mengulur waktu mencari Mbak yang baru lagi, karena dia memberi batas waktu selepas Ramadhan ini dia mau balik terus lagi.

Kemaren waktu di a gajian, biasanya uang gajian dititipkan pada kami, dan jika sewaktu-waktu ia membutuhkannya ia akan minta seperlunya. Walaupun kebiasaan gajinya dititipkan pada kami, namun tiap bulan kami selalu menanyainya, barangkali dia butuh. Seperti kemaren ketika kami menyakannya apakah gajinya diambil atau dititipkan? Ia jawab, mau diambil sebagian, separo lebih sedikit, dan selebihnya dititipkan pada kami tapi dengan sedikit takut-takut dia bilang bahwa sisa gajinya dititipkan untuk diberikan pada anak yatim. "Sisa Semuanya?" tanya kami. "Iya," jawabnya. YA separoh kurang sedikit gajinya diperuntukkan anak yatim. Subhanallah….. Saya dan suami sampai terdiam agak lama dengan pikiran masing-masing. Rasanya saya malu banget, di hari kedua Ramadhan dia sudah memikirkan untuk menyantuni anak yatim, dengan hampir separo gajinya. Disaat saya masih ribut dengan persiapan Ramadhan, persiapan Hari Raya yang jujur rasanya nggak prinsip banget. Malu sekali Ya Allah….Dia yang notabene berpenghasilan lebih kecil dari kami sudah sebegitu pedulinya terhadap anak yatim. Duh rasanya nikmat dan kemuliaan Ramadhan ini layak untuk Kau persembahkan kepada orang-orang yang seperti ini Rabb…Rasanya saya tak ada apa-apanya….Boro-boro mikirin nyantuni anak yatim di hari kedua Ramadhan, apalagi dengan separoh gaji, Astagfirullah ….

Alhamdulillah hari itu telah Kau ingatkan kami atas kelalaian kami Rabb, dengan cara yang sangat indah…Hanya Engkau Rabb yang mampu membalas cinta yang luar biasa itu…Hanya Engkau yang mampu dan layak untuk membalasnya. Bi Barakatillah….

2 Ramadhan 1428 H/ 14 Sept 2007

Yang semoga tergugah ditengah menikmati pelajaran indah.....

1 comment:

aLe said...

Pengalaman adalah guru terbaik :)
semoga yg menjadi 'kaca' dan ber'kaca'diberikan berkah dan rahmah Allah, aMin.,