22.3.07

Selamat Jalan Sahabatku, Guruku, Kakakku, Ibuku

Setelah berhari-hari kami sekantor dalam kondisi kegelisahan, bahkan hape tak pernah jauh-jauh dari sisiku, karena satu hal, kondisi sahabat kami yang sedang sakit ca mamma stadium 4, kritis.
Perjuangannya tak pernah surut, do’a kami (keluarga, teman-teman, saudara-saudara) juga seolah tiada henti, tim dokter yang menanganinya pun seolah tak pernah lelah untuk memberikan yang terbaik bagi kelangsungan hidupnya dari detik ke detik mengiringi perjuangannya. Subhanallah…
Namun apa daya ketika tubuhnya tak mampu lagi diajak seiring sejalan dengan semangatnya untuk memperjuangkan hidup.
Dan sungguh Allah lebih tahu yang terbaik bagi hamba-hambanya…
Maka pada hari Rabu tanggal 21 Maret 2007 pukul 19.20 Allah memilihkan hari terbaik untuknya untuk menghembuskan nafas terakhir sebagai tanda selesailah perjuangan yang melelahkan itu. Di tengah para keluarga dan sahabatnya yang tak pernah lelah memberikan dukungan moril dan do’a, dan ditengah petugas paramedis yang berjuang keras menyelamatkannya hingga titik terakhir takdir. Satu yang membuat hati lega bahwa ia menghembuskan nafas terakhirnya ditengah lantunan ayat-ayat dan asmaNya. Ia sempat koma jam 10 pagi setelah mengalami kejang. Selepas itu ia bernapas dengan bantuan oksigen. Kondisinya terus menurun, sampai selepas adzan Isya’ saya menerima telepon dari seorang teman yang mengabarkan ia telah berpulang ke Rahmatullah.


Inna lillahi wainna ilaihi roji’un.
Yaa ayyatuhannafsul muthmainnah
(Wahai jiwa yang tenang)
Irji’ii ilaa robbiki roodhiyatam mardhiyyah (Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya)
Fad quli fii ‘ibadi (Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,)
Wad quli jannati ( dan masuklah ke dalam syurga-Ku)
QS. Al Fajr 27-28

Hari ini kami telah menyelesaikan kewajiban kami atasmu, memandikan, mengkafankan, menyolatkan, dan menguburkan jasadmu di peristirahatan terakhirmu.

Selamat jalan sahabatku, guruku, kakakku, ibuku,

Kami telah mengikhlaskanmu, karena perjuanganmu yang luar biasa
Semoga Allah bersamamu dalam terangnya kuburmu
Semoga Allah melapangkan jalanmu
Semoga Allah meridhoimu….
Amin Allahumma Amin

Ujung, 22 Maret 2007
Kutulis selesai mengantar jenazah Mbak Lientje Lindawati di peristirahatan terakhirnya.

baca selanjutnya...

14.3.07

Berniaga Dengan Allah

Beberapa waktu yang lalu saya pernah cerita tentang Orang Nyentrik (baca : sholeh). Selalu ada cerita-cerita baru yang ‘asik’ untuk didengarkan. Kadang ada tawa karena cerita jenakanya…tapi juga kadang kami terdiam lamaa…lidah serasa kelu untuk berkata-kata…Ada banyak hikmah dan cinta dari cerita-ceritanya…dan tentu nyentrik yang jadi trademarknya. Seperti malam itu dia cerita tentang berniaga dengan Allah… (Emang Allah pedagang?)
Ceritanya begini… suatu hari dia dapat undangan dari guru sekolah anaknya yang SMA untuk mengambil raport kenaikan kelasnya. Dalam undangan itu terselip ‘surat cinta’ dari bagian administrasi tentang pembayaran uang daftar ulang sebesar kurang lebih satu juta seratus ribu rupiah, dan harus terbayar pada saat pengambilan raport kenaikan kelas tersebut.
“Coba tanyakan ke sekolah bisa diangsur gak?” Tanyanya pada anaknya. Esoknya ketika pulang dari sekolah anaknya bilang bahwa pembayaran daftar ulang tersebut dapat diangsur semampunya selama satu tahun, keringanan ini didapat karena anaknya termasuk aktivis jilbaber yang berprestasi disekolah. Akhirnya dia memberi uang sebesar 200 ribu untuk dibayarkan. Hari H penerimaan raport tiba, ia dan anaknya datang kesekolah untuk mengambil raport, sang anak disuruh mebayar dan meminta kwitansi karena khawatir nanti masih ditanyakan pada saat dia mengambil raport, sementara ia tak punya bukti pembayaran. Sedangkan ia menuju kelas untuk menerima pembagian raport. Si anak yang menuju kantor administrasi segera menemui bagian kasir untuk mencicil pembayaran biaya daftar ulang, ternyata disana ia sudah ditunggu oleh bagian kasir, kurang lebih dialognya seperti ini,:
“Oh ya ini kwitansi pelunasanmu, kemaren kamu kok tergesa-gesa, sampai lupa gak terbawa kwitansimu.” Kata kasir. Si anak bengong sejenak, dengan setengah menggumam ia bertanya, “Kwitansi pelunasan?, Atas nama saya?” tanyanya. “Iya..!! kemaren kan ibumu yang cantik itu melunasi kesini sambil gendong adekmu, malah dianter bapakmu tapi ditunggu diluar, Sudah, ini terima kwitansi pelunasanmu, hati-hati jangan sampai hilang!”kata kasir. Dengan penuh tanda tanya dan tangan gemetar ia terima kwitansi pelunasan tersebut. Sejurus kemudian ia dengan setengah berlari menemui abahnya yang masih menungguinya. “Gimana? Sudah dibayar?” tanya abahnya, Dan dengan bibir masih gemetar karena penuh tanda tanya, ia berkata pada abahnya, “Abah, biaya daftar ulang sudah dilunasi, kata bagian kasir, ibu yang bayar.”katanya. Si Abah mengernyitkan dahi…diam sejenak…”kamu sudah tanya tidak ada kekeliruan? “Nggak Bah, tapi apa bener ibu yang bayarin?” tanyanya penasaran. Dia tahu saat ini orangtuanya sedang tidak punya kelebihan uang karena daftar ulangnya berbarengan dengan si adek nomor tiga masuk SD. Akhirnya setelah mengambil raport, mereka pulang dan menanyakan kejadian itu pada istrinya…”Lha aku dapat uang dari mana buat nglunasi biaya itu?” tanyanya tak kalah heran. Akhirnya si abah tersenyum berkata , “Kalau Allah sudah berkehendak, apa yang tidak mungkin di dunia ini. “
Dan ketika ia bercerita pada kami, versinya begini :
Malam sebelum hari H penerimaan raport, sesungguhnya hatinya sangat gelisah, karena ya memang hanya ada uang 200 ribu, itupun sebenarnya untuk uang belanja selama sebulan. Sebenarnya keyakinan akan pertolongan Allah itu tak pernah hilang dari hatinya. Hanya apakah ia akan diam saja menunggu pertolongan Allah jatuh dari langit? Tentu tidak! Akhirnya dengan perasaan yang berkecamuk ia relakan uang belanja untuk keperluan daftar ulang anaknya. Untuk makan, entah bagaimana nanti.
Ia dan istri tegakkan sholat malam mohon pertolongan Allah, mohon dimudahkan urusannya, dan mohon ridho Allah. Dan kejadian esoknya seperti yang saya ceritakan diatas.
Pesan yang ingin ia sampaikan diakhir ceritanya adalah , Allah ingin menguji seberapa tawakalnya kita akan ujian Allah. Benarkah kita mau menjalankan perniagaan denganNya? Benarkah kita mau menukarkan harta , benda, bahkan jiwa hanya untuk ridhoNya? Allah menyukai bukti cinta, bukan sekedar pernyataan di mulut. Itulah bisikan hatinya ketika ia harus merelakan uang untuk belanja istrinya bulan itu dibayarkan untuk keperluan sekolah anaknya, dan yakin bahwa hidupnya Allah yang menjamin, maka sungguh indah ganti yang Allah berikan, sebagai tanda kerelaan dan keyakinan bahwa janji Allah pasti benar.

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, QS Al Fathir 29
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?” QS As Shaff 10.
“yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” QS As Shaff 11

Tentang siapa yang Allah utus untuk membayar, tidak perlu diperpanjang lagi, katanya. Itulah janji Allah kepada yang yakin akan pertolonganNya. Subhanallah…

Agustus 2006
Semoga kita menjadi hamba yang mampu melakukan perniagaan denganNya sehingga jiwa ini hanya tergadai untukNya

baca selanjutnya...

12.3.07

6 Tahun Pernikahan

Pernikahan adalah sebuah kompromi, kompromi untuk mencapai deal dalam berniaga denganNya. Sehingga pada akhirnya jiwa ini hanya tergadai untukNya.

Anak-anak adalah buah cinta, buah dari keagungan cinta dari dua manusia yang berjanji didepan Tuhannya. Berjanji untuk menyempurnakan separuh diennya.

Namun jika dalam prosesnya, pernikahan kadang membuat lalai dari tujuannya,
Kadang membuat terlena dari dermaga yang ditujunya,
sungguh semoga luas ampunanNya melebihi murkaNya.

Namun jika dalam prosesnya, amanah anak-anak menjadi penghambat cintaNya
Anak-anak menjadikan lupa akan tujuan awalnya
Sungguh semoga ridhoNya merengkuh segalanya

Namun jika dalam prosesnya, harta menjadi berhala
Atas nama cinta, harta menjadi yang utama,
Sungguh semoga hanya karena kemurahan cintaNya kita terampuni

Semoga setelah enam tahun mengayuh biduk untuk mencapai dermaga impian
Allah selalu berikan keteguhan..
Keteguhan iman..
Keteguhan cinta..
Keteguhan dalam berkompromi..
Kompromi untuk mencapai deal dalam berniaga
Sehingga jiwa ini hanya tergadai untukNya
Semoga…


12 Maret 2007
mensyukuri 6 tahun perjalanan cinta kami
yang semoga sakinah mawaddah wa rahmah
dunya wal akhirat

Amin

baca selanjutnya...

Bersahabat dengan Alam

Di Jawa Pos hari Minggu tgl 11 Februari salah seorang wartawan koran tersebut menulis dengan judul yang cukup menggelitik, Tidak Mampu Melawan Alam, Bersahabatlah dengan Alam. Saya tertarik karena sudah beberapa tahun kebelakang negeri kita tergerus oleh fenomana alam. Mulai tsunami, gempa, gunung meletus, kecelakaan transportasi baik darat, laut, dan udara yang terus bertubi-tubi menghajar kita, lumpur Lapindo, dan masih banyak lagi. Kata orang alam sedang “murka”, sebenarnya kalau kita mau peka sebelum murka alam telah memberi, warning, namun kita sibuk menyalahkan alam. Karena taqdir, karena kondisi alam. Pertanyaannya adalah alam bisa sebegitu rusak oleh ulah siapa juga? Saya setuju dengan Mbah Maridjan bahwa alam itu juga hidup, punya ruh, yang ketika ia di cecar dengan gangguan ia juga punya ambang batas kesabaran. Alam punya filter tersendiri untuk menyeimbangkan keadaan, namun justru lewat tangan-tangan manusia yang sebenarnya ia sebagai khalifah/pemimpin di muka bumi ini alam menjadi rusak. Justru dari tangan makhluk terbaik yang pernah diciptakanNya alam menjadi tak berdaya. Menurut saya alam tidak sedang murka, namun justru alam sudah tak mampu mempertahankan kelangsungan dan keseimbangannya sehingga terjadilah bencana-bencana. Alam menjadi tak seimbang dan keharmonisannya terganggu.
Saya tak ingin memperpanjang penyebab fenomena ‘ketidakberdayaan’ alam, karena itu sebuah lingkaran setan yang tak akan ada awal dan ujungnya. Seperti kita memperdebatkan, duluan mana ayam dan telor?. Saya tidak ingin mencari siapa yang salah dan siapa yang harus bertanggung jawab. Biarkan nurani yang lebih memfilter moral pemimpin dan orang yang punya kewenangan atas segala musibah yang melanda negeri ini. Yang ingin saya ceritakan adalah fenomena lain dimana jika mampu bersahabat dengan alam ternyata alam juga tidak tinggal diam, Alam tahu bagaimana harus berterima kasih.
Adalah Bagas Kurniawan pemilik Ninety Nine Trees Community Kampung Rusa. Ia mempunyai bisnis yang mampu berdampingan dengan alam membentuk suatu harmoni yang manis. Ia mempunyai lahan sekitar 5 hektare. Diatas lahan itu terbangun semacam komunitas yang benar-benar hidup dari alam. Mereka terdiri dari sepuluh keluarga. Mereka menanam padi sendiri, sayuran, buah-buahan, serta beternak ikan. Awalnya lahan ini berupa tanah gundul yang kemudian mereka tanami pohon keras seperti nangka, durian, rambutan, dsb, yang ketika lahan itu siap untuk dihuni tanaman itu sudah menghasilkan buah yang dapat mereka konsumsi sendiri. Bahkan sekarang menjadi display produk bagi Masyarakat Pertanian Organik Indonesia, juga menjadi tempat outbound, untuk berbagai sekolah dan instansi. Jadi kalau paradigma orang selama ini mencari uang diluar rumah maka paradigma itu berlaku terbalik bagi mereka, dengan bersahabat dengan alam uang datang ke rumah mereka, bukan mereka yang mencari uang.
Adalah, Om Pran, saudara dari suamiku. Ia hidup sendiri di lereng gunung Lawu. Luas rumahnya saya tak tahu persisnya, yang jelas luas..dan dipenuhi tanaman-tanaman langka dan mahal-mahal. Bukan bermaksud berbisnis, tapi banyak orang yang datang ke rumahnya meminta untuk membeli tanaman yang ada di rumahnya, termasuk perusahaan batik kenamaan Keris Galery. Tak ada orang yang tak kerasan tinggal di rumahnya, semua serasa menyatu dengan alam. Rumahnya sendiri kecil, untuk ukuran sebuah keluarga, namun karena beliau hidup sendiri, jadi cukuplah. Halaman rumahnya dipenuhi gazebo dan tanaman-tanaman dengan berbagai corak dan warna, dari yang sekelas rumput sampai kelas aglonemia, adenium, anggrek, tanaman teratai, dsb. Belum pohon-pohon besar yang tak berbilang. Dan satu hal yang unik beliau ini selalu memperlakukan tanaman-tanamannya bak seorang teman, jadi ya diajak ngobrol sambil dilap pakai serbet, di pupuk dengan baik, dan disiram dengan cukup. Dengan hatinya beliau berdialog dengan tanaman-tanaman itu. Harga tanaman yang terbeli teman-temannya mencapai 50 juta. Itu jika nilai uang yang dijadikan ukuran keberhasilan.
Adalah KH Mahfud Syaubari, yang mencoba memadukan konsep keseimbangan alam pada rumahnya yang asri di Pacet Mojokerto. Rumahnya yang menyatu dengan Pondok Pesantren binaannya, serta sebuah bangunan Masjid yang besar di samping rumah induk. Dirumahnya yang cenderung berbukit-bukit mengikuti pola alam di Pacet, dibawahnya mengalir anak sungai yang cukup deras khas sungai di daerah pegunungan. Air itu tidak dibiarkan mengalir tanpa dimanfaatkan, tapi ditampung di kolam dengan beberapa jenis ikan didalamnya. Di kolam air deras ini ikan akan cepat tumbuh besar. Bahkan kolam ikan dibawah kamar tamu utama, ikannya sebesar anak seusia dua tahun jadi besar-besar. Diatas kolam yang lain dibelakang masjid di taruh kandang ayam, dan dipinggir-pinggir kolam ditanami terong, kacang, talas, cabai, serta beberapa sayuran lain. Turun kebawah kita dapati tanaman jagung, padi, bawang, umbi-umbian, juga beberapa pohon besar seperti durian, nangka, rambutan, apel, petai, alpukat, dsb. Kyai satu ini selalu memanjakan tamu yang berkunjung ke rumahnya, setiap tamu yang datang harus makan, dan yang pasti makan dari masakan yang bahannya didapat dari kebun sendiri. Ada gulai ikan, lalapan, sayur, penyet terong, jamur goreng, n so on. Jadi untuk memenuhi kebutuhan dapur hanya memerlukan bumbu dan gas untuk api saja, karena kalau bahan makanan cukup memanen hasil kebun sendiri.
Saya yakin masih sangat buanyak contoh-contoh tentang konsep bagaimana bersahabat dengan alam, dan satu yang dapat kita tarik benang merah, bagaimanapun alam mampu berterimakasih kepada manusia.
Lalu akankah manusia yang notabene makhluk sempurna yang pernah diciptakan-Nya terus menggerus alam demi memenuhi ambisi sesaat? Ingatlah peringatan Allah dalam firmanNya dalam surat ayat :
Dalam QS An Nahl : 66
Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagimu. Kami memberimu minum dari apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih diantara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.

QS Ibrahim : 7
Dan ( ingatlah juga ) tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih.

Dalam QS An Nahl : 112
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat.

Dan diteruskan di QS Al Anfal : 53
Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dalam QS Al Hijr : 19-20
Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keprluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.

Semoga goresan ini memberi inspirasi dan men-spirit pada kita untuk lebih berbaik-baik dengan alam. Tidak harus yang besar-besar seperti yang dilakukan oleh tiga orang contoh diatas, namun dengan membuang sampah sesuai tempatnya, dengan menghemat air, menghemat pemakaian listrik, menghindari pemakaian plastik, dan styrofoam, lebih care dengan kebersihan lingkungan, dan masih banyak lagi.
Karena pada dasarnya alam diciptakan untuk kesejahteraan kita, sejauh kita mampu mengelolanya dengan seimbang.

12.03.07
Kuselesaikan di sela-sela demam karena flu berat

baca selanjutnya...

9.3.07

Memandang Musibah Sebagai Nikmat Cinta

Adalah sahabatku yang sekarang sedang berjuang untuk sembuh dari kanker payudara stadium 4. Memandang dengan mataku, rasaku ingin menangis aja, dia yang sekarang gundul efek dari kemo, kalau bicara menggeh-menggeh, badannya yang dulu subur, turun sampai hampir 25 kg, memar dan hitam-hitam di lengan tangannya. Sungguh pemandangan mata yang mengiris sembilu.
Dia kukenal sebagai orang yang baik, bahkan beberapa bulan sebelum ia sakit ia menjadi motor untuk mengumpulkan dana bagi istri salah seorang karyawan di kantor yang terkena kanker rahim stadium 4 juga. Beberapa bulan terakhir ia sibuk mengajari ibu-ibu dan mbak-mbak yang ingin belajar pita sulam, termasuk aku yang jadi murid pertamanya. Sering ngajari teman-teman bikin tas manik-manik, rajutan, parsel, kalung & gelang manik-manik n so on. Dia memang hobi bikin kerajinan-kerajinan seperti itu, dan didukung jiwa dagangnya yang ulet. Jika tugas ke Jakarta di sela waktu luangnya digunakan untuk kursus bikin coklat. Dan rencananya lebaran kemaren mau dipasarkan. Bahkan untuk memasarkan hasil sulam kerudung, kami sepakat joinan bikin kardusnya. Biar lebih eksklusif, katanya waktu itu.
Banyak pelajaran yang bisa kuambil dari sahabatku ini. Tentang perjuangan, tentang sikap uletnya, tentang ketegarannya yang luar biasa dalam menghadapi problem kehidupannya yang orang lain memandang sangat komplek, tentang kemampuannya mendengarkan orang lain. Pernah aku perhatikan dia begitu enjoynya berbicara dengan loper koran yang biasa ke kantor, serius banget, dan dia lebih banyak jadi pendengar setia. Kini ia hanya bisa terbaring dan sedang menjalani kemoterapi yang kelima, dijadwalkan akan kemo ke enam 3 minggu lagi, namun sekarang kondisinya drop banget. Karena efek obat kemo ke-5 yang luar biasa ke tubuhnya, hari Jumat kemaren ia sempat tak sadar, ah…Ya Allah semoga segalanya akan menjadi lebih baik.
Ketika pertama kali mendengar vonis dokter tentang penyakitnya, kita semua terhenyak, tak percaya, karena saat itu ia masih sibuk ikut membantu Hughes dan krunya di PT PAL untuk acara Si Kuncung di Trans TV. Setelah itu ia merasa punggungnya sakit, dan ketika dibawa ke dokter vonisnya kanker payudara stadium IV. Manusia boleh berharap, Allah jua Sang Penentu. Kami menangis, dalam hati saya pribadi sempat terlontar tanya konyol “Kenapa harus dia?” Setelah ia mulai ‘tenggelam’ dalam cintaNya? Mulai kaffah dengan agamanya? Setelah ia begitu baikkkk pada kami? Setelah ia menjadi guru yang tanpa pamrih buat kami?Setelah …terlalu banyak setelah…Kenapa YA Allah? Kalau kami boleh meminta, jangan dia!
Astaghfirullah. Astaghfirullahhal adzim . Itulah kepicikan alam pikir manusia, yang tak mampu menyelami arti cintaNya. Itulah keterbatasan cara pandang manusia. Kata Abah, kadang musibah menjadi tersingkapnya hijab kita pada Allah. Sakit mampu menjadi penggugur dosa-dosa yang melekat, tinggal bagaimana kita menyikapi. Apakah kita akan meleburkan diri dalam nikmat Allah berupa sakit dan musibah yang lain, atau kita menyikapi dengan gerutuan yang justru akan melelahkan.
Allah menakar cinta kita melalui firmanNya, dalam surat Al Ankaabut ayat 2,
“ Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan, ‘Kami telah beriman’ sedangkan mereka tidak diuji lagi?”
Justru semakin kita dekat dengan Allah, semakin tinggi pula ujian cinta Allah pada kita. Itu rumus yang kadang menguras energi kesabaran kita. Jika kita mampu bertahan atau bahkan semakin meningkatkan keteguhan iman kita, disitulah peningkatan kualitas kita sebagai hamba telah teruji dengan baik. Sungguh, semoga kita tidak akan terjebak oleh pikiran pintas, dan semoga Allah memberikan kita kefahaman, sehingga apapun yang kita pandang, semua hanyalah ridho dan cinta Allah semata. Semoga….

10 Shafar 1428 H
Didedikasikan untuk Mbak Lientje Lindawati.
Allah Maha Pencemburu, maka Ia tak ingin diduakan
Hanya engkau dan Ia
Semoga Allah membarakahi dan meridhoi keluarga dan hidupmu

baca selanjutnya...