Warna Kehidupan
Alhamdulillah, syukur yang tak terkira bahwa kesibukan yang luar biasa itu kelar juga. Dan semoga momen tadi malem menjadi gong terakhir dari kesibukan yang luar biasa di sebulan terakhir ini.
Awal bulan Desember, kami berkonsentrasi untuk keberangkatan Pakde dan Bude Probolinggo untuk menunaikan haji. Setelah itu saya diamanahi untuk membelanjakan oleh-oleh haji ke Pasar Bong. Sementara itu berita kelahiran Keponakan-keponakanku tercatat ada empat kelahiran, Anak Hendra putra dari adek almarhumah ibuku, namun setelah sepuluh hari dirawat di RS akhirnya dipanggil ke Rahmatullah, karena kelahirannya belum cukup bulan. Berita kelahiran kedua datang dari Putri Bulik di Simo, Alhamdulillah putri mungilnya lahir dengan lancar. Kelahiran ketiga dari sepupu di Tulungagung, dan karena terlilit tali pusar maka kelahirannya harus melalui operasi cesar. Dan berita kelahiran keempat juga dari sepupu di Tulungagung putrinya juga lahir dengan selamat.
Awal bulan Desember, kami berkonsentrasi untuk keberangkatan Pakde dan Bude Probolinggo untuk menunaikan haji. Setelah itu saya diamanahi untuk membelanjakan oleh-oleh haji ke Pasar Bong. Sementara itu berita kelahiran Keponakan-keponakanku tercatat ada empat kelahiran, Anak Hendra putra dari adek almarhumah ibuku, namun setelah sepuluh hari dirawat di RS akhirnya dipanggil ke Rahmatullah, karena kelahirannya belum cukup bulan. Berita kelahiran kedua datang dari Putri Bulik di Simo, Alhamdulillah putri mungilnya lahir dengan lancar. Kelahiran ketiga dari sepupu di Tulungagung, dan karena terlilit tali pusar maka kelahirannya harus melalui operasi cesar. Dan berita kelahiran keempat juga dari sepupu di Tulungagung putrinya juga lahir dengan selamat.
Belum reda itu semua , tetangga samping rumah meninggal, lalu ada tetangga lain masuk RS karena stroke, belum menjenguk, terdengar lagi tetangga yang lain lagi masuk RS karena saluran kencingnya bermasalah, belum selesai berita itu, berita lain menyusul Pakde dan Bude akan pulang ketanah air mendahului jadwal kepulangannya karena Pakde sakit. Akhirnya amanah yang belum kutunaikan yaitu membelikan oleh-oleh haji, segera kulaksanakan sehari menjelang kepulangannya. Belum lagi pekerjaan dikantor yang juga ikut-ikutan sibuk, seperti memang telah ‘diatur’ untuk sibuk. Banyak proyek yang harus diserahkan yang berarti adalah tugas saya juga sebagai orang humas, dan secara kebetulan proyek harus diserahkan pada malam hari karena menunggu air laut pasang. Kunjungan Wapres ke PT PAL di hari Sabtu yang mestinya hari libur juga cukup menguras energi dan pikiran, disaat banyak saudara dari Probolinggo mampir ke rumah setelah menjenguk Pakde Di RS Haji. Belum lagi mbak yang satu harus pulang kampung dan tidak kembali. Dan karena berita kedatangan Pakde dan Bude masih simpang siur maka dua hari sebelumnya rumahku telah kedatangan tamu-tamu penjemput dari Probolinggo. Lengkap sudah ‘keramaian’ hidupku.
Setelah hari H kedatangan itu tiba juga, ternyata Pakde harus dirawat di RS Haji karena kondisinya memang lemah.
Sedikit pengobat lega, akhirnya kami sudah mendapat mbak pengganti, sehingga tugas rumah tangga sedikit teratasi. Disela itu berita kelahiran datang lagi dari anak kakak kami, putrinya lahir dengan normal walaupun harus dirawat di RS karena infeksi air ketuban. Berbarengan itu pula Adek Gautama anakku nomor 2 sakit mencret dan panas tinggi, sehingga saya dan suami harus bagi tugas, saya nganter adek ke lab untuk periksa darah, sementara suami ke RS untuk mengurus Pakde yang saat itu sedang berproses untuk menghadapi sakaratul maut. Dan akhinya Inna lillahi Wainna ilahi roji’un, puncaknya hari Ahad beliau meninggal dunia di RS Haji. Yang membuat spot jantung, Mas Gangga pun ikut-ikutan panas tinggi, sampai 39.8 derajat C. Akhirnya hanya suami dan keluarga almarhum Pak De yang mengantar jenazah ke Probolinggo, sementara saya harus jagain anak-anak yang sedang sakit. Apalagi dokter sudah mem-warning jika diare adek tambah parah harus segera masuk RS. Belum reda, ada berita lagi tetangga lain diabetnya tinggi, bahkan sirosisnya sudah parah, harus masuk RS.
Sementara itu rencana untuk acara selamatan kirim do’a untuk almarhumah ibu di Tulungagung yang sudah lama kami rencanakan juga sedikit menyita konsentrasiku. Seandainya proses berpikir di otak bisa terlihat kasat mata, pasti akan sangat ramai terlihat lintasannya. Minggu berikutnya kami harus ke Probolinggo karena diminta mengantar kakak dari Jakarta yang akan ta’ziyah ke rumah Almarhum Pakde. Ditengah kepulangan kami ke Leces, kami mendapat telepon dari tetangga di Surabaya bahwa Pak Tris yang masuk RS karena sirosis dan diabetes kemaren akhirnya meninggal. Innalillahi wainna ilaihi roji’un.
Agenda minggu berikutnya, saya harus konsentrasi penuh untuk mempersiapkan acara selametan di Tulungagung, selain juga harus mengantar adek Gautama ke dokter untuk imunisasi yang sempat tertunda-tunda karena ia sakit, dan kesibukan kami diatas. Juga menjenguk bayi-bayi yang telah lahir diatas, yang belum sempat kami kunjungi. Juga ke tetangga-tetangga yang sakit yang juga belum sempat kami jenguk. Akhirnya Jum’at malem kami ke Tulungagung untuk melaksanakan acara selamatan. Alhamdulillah acaranya sukses dan lancar.
Dan hari Ahad siang kami kembali ke Surabaya, untuk melaksanakan rencana berikutnya, mengunjungi kerabat yang baru pulang dari haji, karena abah sudah wanti-wanti untuk ikut ke Surabaya kalau kerabat tadi sudah pulang dari Tanah Suci. Selain abah juga ingin berobat, untuk menyembuhkan kakinya yang terasa nyeri beberapa hari terakhir ini, juga mencari beberapa buku. Jadi kami berombongan balik ke Surabaya, kami sekeluarga serta bulik, adik dari abah, dan menantunya. Kami sampai di rumah kerabat di daerah Bungurasih menjelang Maghrib, dan saat pulang kami harus berpencar. Bulik dan menantunya kembali ke Tulungagung, Mas Hanif harus kembali ke Garden Palace karena ia ke Surabaya dalam rangka tugas kantor, jadi harus segera balik hotel untuk membuat laporan. Saya sekeluarga, abah, dan Mas Sunu pulang kerumah dan malam itu juga sebelum kembali ke rumah kami sempatkan ke Gramedia untuk mencari buku yang diinginkan abah. Ternyata gak ada. Aduh menambah capek dan penat kami. Akhirnya diputuskan pulang. Sebelum tidur kusempatkan telepon bikin janji dengan dokter untuk abah, besok pagi sebelum berangkat ke kantor.
Esoknya pagi-pagi sekali kami nganter abah ke dokter sekalian nganter ke terminal karena mau balik ke Tulungagung. Ternyata hasil dari dokter sedikit bikin cemas, tensi abah tinggi sekali, dan itu mungkin yang menjadi penyebab nyerinya persendian kaki abah. Dokter yang masih kakak kami menyarankan agar abah gak pulang ke Tulungagung dulu. Dan meminta untuk cek darah dan urine lengkap, serta tes ECG untuk jantung. Karena pagi itu gak puasa jadi baru bisa besok untuk periksa lab. Akhirnya hanya Mas Sunu yang balik ke Tulungagung sekalian mengambil baju-baju abah yang cuma bawa sedikit.
Esoknya pagi-pagi suami anter abah ke lab, dan sorenya sepulang kantor kami harus kembali ke dokter untuk menyerahkan hasil lab. Dan subhanallah hasilnya bagus, bahkan excellent. Dokternya dibuat geleng-geleng kepala. Kemaren tensi abah masih 230/110 sangat tinggi, dan sore itu sudah turun 190/90, memang masih relatif tinggi tapi turunnya sangat signifikan. Dan hasil lainnya subhanallah bagus semua, bahkan dokter bilang, untuk seusia abah yang sudah 70 tahun hasil lab itu tergolong hebat dan istimewa. Sangat prima. Alhamdulillah kelegaan yang luar biasa, yang kami rasakan. Kecemasan kemaren sirna seketika. Segala penat, lelah, cemas lenyap terobati dengan hasil lab itu. Semoga itu menjadi happy ending bagi ‘keramaian kehidupan’ kami sebulan terakhir ini. Alhamdulillah….
Malem itu kami berkumpul dirumah sampai larut, karena Mas Hanif masih ada di Surabaya, Mas Sunu juga baru balik dari Tulungagung besok mau pulang ke Balikpapan. Dan seperti perkiraan kami, begitu tau hasil lab-nya bagus maka abah pengen segera pulang ke Tulungagung, dan malem itu juga minta di bookingkan travel dengan jam paling pagi. Kami bertiga senyum-senyum aja.
Dan pagi ini semuanya kelar, Abah akhirnya pulang dijemput travel dengan seabrek pesan sponsor dari kami untuk jaga kondisi dan tak lupa minum obat, Mas Sunu ke bandara untuk pulang ke Balikpapan, Mas Hanif ntar siang juga harus balik ke Jakarta, untungnya kantor kasih dia sopir untuk mengantar ke bandara sehingga kami udah nggak kepikiran lagi. Alhamdulillah...
Namun diatas itu semua saya bersyukur Allah masih berikan kelapangan kepada keluarga kami, kelapangan tenaga, pikiran, finansial, waktu, kasih sayang, kerukunan dan yang penting kelapangan hati. Tanpa itu semua rasanya gak mungkin kami dapat melalui hari-hari yang cukup berat. Semoga perjalanan hidup ini akan lebih memperkaya hati dan jiwa kami, untuk lebih mempertegas tentang arti sebuah kehidupan.
Kepunyaan Allahlah segala sesuatu, dan hanya akan kembali kepadaNya. Itulah sandaran sejati.
Rabu, dipenghujung bulan Januari 2007
Kepunyaan Allahlah segala sesuatu, dan hanya akan kembali kepadaNya. Itulah sandaran sejati.
Rabu, dipenghujung bulan Januari 2007
No comments:
Post a Comment