Oase di Tengah Sahara - Sajadahku, Masjidku

11.1.07

Oase di Tengah Sahara


Di awal tahun pelajaran kemaren sekolah Mas Gangga selalu mengadakan orientasi bagi orangtua. Saya selalu hadir, dan ini yang kedua kalinya. Disitu selain diperkenalkan dengan Ustadzah-ustadzahnya juga tentang program kegiatan belajar anak-anak baik yang TK maupun yang KB. Juga ada dialog untuk perbaikan sekolah kedepan. Sayang sekali kalo saya melewatkan acara ini. Satu yang membuat saya terharu teramat sangat. Bahkan menyesakkan dada saya, saking terharu dan bahagianya. Pernyataan ibu Kepala Sekolah yang bersahaja itu diakhir sambutannya. Setelah memaparkan beberapa garis besar program inti dari KB/TK Ya Bunayya Pondok Pesantren Hidayatullah, kalimat beliau kurang lebih begini, “Sebelumnya kami mohon maaf, ada satu hal yang ingin kami sampaikan, atas nama seluruh pengurus Yayasan Pesantren Hidayatullah, Mohon untuk tidak memberikan kami terutama Ustadzah-ustadzah pembimbing kelas, sesuatu dalam bentuk barang atau uang diluar ketentuan sekolah. Ijinkan kami untuk berbuat adil kepada anak-anak yang dititipkan kepada kami. Ijinkan kami untuk mengajarkan keadilan dengan kasih sayang kepada anak-anak. Karena kami takut dampak pemberian-pemberian itu menjadikan kami tidak objektif lagi dalam memandang kepada anak-anak. Mohon maaf terpaksa kami harus sampaikan ini di awal tahun karena masih saja kami menerima bingkisan-bingkisan semacam itu, dan sekali lagi kami mohon maaf kalau kami menolaknya. Kami semua telah berkomitmen untuk menjauhkan hal-hal yang dapat merusak hati kami dalam menjaga amanah membimbing anak-anak. Sungguh bagi kami semua anak adalah istimewa. Bantu kami untuk menjaga komitmen ini. Mereka juga anak-anak kami yang ingin kami jaga, tidak ada yang lebih dan tak ada yang kurang yang ada hanyalah anak-anak yang istimewa”
Subhanallah… kalau nggak malu mungkin saat itu saya sudah menangis,( malu lah..karena saat itu ada dalam sebuah forum wali siswa). Ada yang berani ungkapkan itu di depan sebuah forum, rasanya langka sekali…. Setahu saya memang diakhir tahun banyak sekali wali siswa yang ingin memberikan “tanda cinta” kepada wali kelas anaknya. Dan saking membudayanya ‘ritual’ ini kadang memberatkan bagi sebagian wali siswa yang kurang mampu. Dan di sisi wali kelasnya kadang pemberian itu menjadi sesuatu yang mubadzir, karena banyak yang memberikan bingkisan dalam bentuk yang sama. Dan saya bersyukur kemaren saya tolak ajakan salah seorang wali siswa yang ingin memberikan cendera mata itu. Karena biasanya komite sekolah yang mengkoordinir tali asih itu dan dirupakan seragam bagi seluruh pengajar sekolah. Jadi adil tanpa tendensi apapun. Pun sumbangannya seikhlasnya,dan semampunya.
Subhanallah… masih ada celah cahaya nurani itu. Subhanallah berkali-kali kalimat tasbih itu berdentang di hatiku. Ibu yang bersahaja itu telah membuka mataku bahwa masih ada oase itu ditengah sahara negeri yang terus menanjak prestasinya dengan korupsi, kolusi dan nepotisme.
Semoga kita bisa mengambil ibrah/pelajaran.
Semoga Ya Allah dari tanah ini, akan lahir generasi-generasi Qur’ani karena mereka terbiasa terdidik dengan akhlaq nurani.
Semoga dari tanah ini akan lahir generasi-generasi yang apapun profesi mereka kelak mereka akan tetap mewarnai dunia dengan keagungan agamaMu karena mereka terbiasa terdidik dengan keindahan CintaMu.
Semoga dari tanah ini akan lahir generasi-generasi yang jiwanya tergadai hanya untukMu, karena mereka terbiasa terdidik dalam berniaga denganMu
Karena itu akan menjadi pelecut semangat dan pembayar harga yang tak ternilai atas jerih payah para pembimbing, melihat anak didik mereka tumbuh, mekar dan berbuah pada waktunya.
Amin Allahumma Amin.

Refleksi akhir tahun,
Semoga cita-cita Ummu Madrasatun bukan sekedar menjadi cerita
Ada Ia yang selalu menguatkan dengan CintaNya.

No comments: