- Sajadahku, Masjidku

13.9.06


Mengisi Amunisi untuk Bulan Agung

Beberapa hari terakhir ini saya resah, resah karena ternyata euphora menyambut bulan yang diagungkan belum nyampe di hati saya (Astaghfirullah). Rasanya biasa banget…. Sampai saya curiga, dimana hati ini, kerinduan yang dulu tiba-tiba menyusup dihati, menjadi sesuatu yang membahagiakan yang selalu hadir ditengah-tengah sampai akhir bulan Sya’ban. Kenapa sekarang adem ayem aja?
Apakah karena himpitan persoalan keseharian sehingga melenakan hati ini untuk menyambut Ramadhan? Kemaren sempat diundang juga ke sekolah Mas Gangga untuk mengikuti pembekalan Ramadhan buat anak-anak. Bagus, tapi saya juga merasa penyampaianku pada mas Gangga datar-datar aja. Gak ada greget. Malah Mas Gangga yang nagih-nagih “kapan puasa?” What’s wrong? Harus ada penyelesaian, harus dituntaskan. Tapi mau ngapain? Mau maksa-maksa hati ini untuk mengikut euphora ini? Saya iri ama televisi yang udah berlomba-lomba menyambut bulan suci ini. Sungguh!! Walaupun kadang ceritanya gak nyambung ama Ramadhan…Tapi minimal mereka punya ghirah..walaupun nggak tau kalau ujung-ujungnya ya duit. (Astaghfirullah kok jadi senewen).
Sampai akhirnya jurus pamungkas kulakukan, berdoa. Tapi ya gitu, berdoa dengan rasa yang biasa, Ya Allah, ijinkan aku merasakan nikmat menyambut Ramadhan, ijinkan kami mereguk indahnya bulan Ramadhan. Kuatkan kami dengan amalan-amalan yang membaguskan akhlak kami, Berikan pelajaran pelajaran hikmah yang dapat mendekatkan hati ini pada cintaMu. Entah bagaimana Allah menjawab doa yang kuucap tanpa greget…walaupun dengan harap-harap cemas. Minimal saya berusaha…
Sampai kemudian pagi tadi ketika sedang mandi pikiran ini melayang…mungkin karena menghitung-hitung kebutuhan menjelang Ramadhan dan Lebaran yang terbayang didepan mata, bisa nambah infaq gak ya?bisa nyantuni anak yatim gak ya?bisa bawa sesuatu yang bisa dijadikan buah tangan saat silaturahmi lebaran gak ya?dan sederet pertanyaan manusia yang fitrahnya pengen lebih tapi kemampuan apa daya. Inget kemampuan tempat tinggal yang masih pinjaman kakak, inget kemampuan kendaraan masih pinjeman kantor, kalau sakit juga masih dikasih fasilitas kantor, etc. Tapi…ada tapinya, Justru dengan pinjaman –pinjaman tadi kami jadi lebih hati-hati…Hati-hati menjaga kebersihan rumah kami, hati-hati mempergunakan kendaraan fasilitas kantor. Karena inget semua itu pinjeman yang suatu hari akan diminta kembali. Dan yang pasti agar kami tidak malu pada saat barang-barang pinjeman tadi diminta yang punya. Pasti yang minjemin akan senang kalau ternyata kita amanah dalam menjaga barang-barang titipannya.
Ah… seharusnya kami mampu berpikir seperti itu untuk segala amanah yang diberikanNya.
Mata ini, masih kami bawa untuk melihat yang tidak Engkau sukai walau mata ini milikMu
Telinga ini, masih dipergunakan untuk mendengarkan kemaksiatan, mendengarkan ghibah, dengan sadar walaupun tahu telinga ini milikMu.
Kaki ini, masih saja kami bawa berjalan ketempat-tempat yang menjauhkan kami dari barakahMu walaupun kami sadar kaki ini milikMu.
Tangan kami, masih menggapai-gapai barang yang tak halal, yang justru menyulut murkaMu walaupun kami tahu tangan ini milikMu
Mulut kami masih penuh kata2 kotor, sering menyakiti orang lain, masih sering digunakan untuk marah-marah walaupun kami tahu mulut ini hakMu
Apalagi hati ini Rabb…Kotor…sungguh, sering memperolok orang, iri, dengki, takabur…merasa benar sendiri dan begitu banyak penyakit-penyakit hati yang menempel, sehingga hati ini tak mampu menembus NurMu…
Padahal mereka akan memberi pertanggungjawaban sendiri dihadapanMu, ah betapa memalukan saat itu bagi kami. Malu karena kami belum paripurna menjaganya. Kalau barang titipan manusia begitu hati-hatinya kami menjaga, kenapa dengan titipan penguasa jagad raya kami masih melalaikannya?
Masih pantaskah surgaMu kuharapkan?Duh Rabb..malu
Kemana kami mengharap selain dalam Rahman RahimMu yang luasnya melebihi murkaMu.
Semoga pencerahan sejenak ini memberikan amunisi penuh untuk bekal kami ber Ramadhan. Dan output Ramadhan dapat kami rasakan di sebelas bulan kemudian, sehingga kami dapat berRamadhan sepanjang masa, kata Emha, Kyai Mbeling. Sayup-sayup rindu itu mulai menggelayuti hati ini,
Marhaban Ya Ramadhan…..

Ujung, 12.09.06
Kuselesaikan disela-sela ributnya mempersiapkan acara launching Kapal Roro Passenger Timor Leste. Semoga acaranya lancar.
Mohon maaf segala khilaf semoga kita dapat memasuki gerbang Ramadhan dengan kebeningan hati dan jiwa amin.

No comments: